08 Desember 2007

KETIKA HARUS MEMILIH

Hidup itu penuh dengan pilihan. Kalimat itu sudah banyak kita temui dari berbagai sumber dan dalam berbagai cerita-cerita dalam hidup ini. Berbagai contoh yang telah disodorkan untuk memperkuat pemahaman atas kalimat tersebut. Mulai dari contoh-contoh sederhana dalam kehidupan sehari-hari ataupun contoh yang lebih compleks dan memerlukan analisa mendalam untuk memberikan keputusan dalam memilih.

Sudah banyak yang membenarkan teori tentang “hidup penuh dengan pilihan dan kita harus memilih”, dan bahkan derivasi dari teori tersebut semakin berkembang dan mendalam.Namun yang menjadi ganjalan saya saat ini adalah konklusi dari teori-teori itu adalah munculnya kata harus dan wajib memilih dalam kehidupan ini.

“Cinta menghilangkan segala rasa sakit”(KH. Rahmat Abdullah) Kalau cinta sudah melekat semua terasa nikmat!, begitulah cinta yang tumbuh merekah. Bunga-bunga bermekaran. Kupu-kupu berterbangan. Hati berbunga-bunga. Jiwa menggelora. Semua rasa sakit hilang musnah. Semua kesulitan terasa mudah. Kelelahan menjadi anugrah.

Kekuatan Cinta
“ Barang siapa yang mengintip pahala karena keikhlasanya, niscaya menjadi ringanlah semua tugas yang berat ini” (Ibnul Jauzi Rahimahumullah) Subhanallah begitu indahnya cinta, dalan rasanbya ia menghunjam dada. Dasyat energinya, mampu megubah dan menggubah segala yang sederhana menjadi luar biasa. Mengubah pernikahan berbuah syurga. Menikah dengan bidadari berkulit menyala.tak pernak dijamah apalagi di rabah. Mereka menunggu “pengantin lelaki” syuhada sejati. Kitakah salah satunya? Wallahu a’lam

Biar tak kebablasan berbicara cinta mari kita lihat apa kata ahlinya. Menurut Abul Faraji Ibnul Qoyyim Rahimahullah, faktor yang mendorong dan meyebabkan tumbunya rasa cinta adalah:

  1. Sifat-sifat yang dimiliki orang yang dicintai dan pesona kieindahanya.
  2. Perasaan orang yang mencintai terhadap orang yang di cintai
  3. Keserasian yang meliputi keselarasan dan kesesuaian antara orang yang mencintai dengan orang yang di cintai.

Bila ketiga hal ini menguat dan sempurna, cinta pun kuat dan megakar. Dasyat. Bila pudar, lemah, maka musibah pun segera menerpa. Gagal. Kecewa. Gundah.
Apa relepansi cinta dalam kemenangan hidup kita? Rasulullah menggariskan bahwa kita belum mencapai derajat iman dan kecintaan yang sempurna, sebelum mampu segala sesuatu bagi orang lain sebagai mana kita mencintai buat diri kita sendiri. Ekspresi cinta pada orang lain sejatinya kebutuhan dan kemanfaatan buat diri sendiri yang mencintai. Inti cinta apa manfaat yang di dapat. Pada apapun kita mencintai, dari situlah manfaat digali. “Katakanlah: (Jika kamu(benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan megampuni dosa-dosamu) Allah maha pengampun lagi maha penyayang “ QS. Ali Imran 31)

Mencintai Allah, mengikuti Nabi, akan dibalas kecintaan dan dihapus dosa yang di lakukan. Enak bukan? Jadi cinta itu aslinya pamrih ingin dapat balasan. Iya kan?. Kita kinta bekerja agar dapat gaji atau bayaran yang lumayan. Cinta pasangan agar dibalas dan dilayani dengan kesetiaan. Cinta profesi agar lebih berprestasi. Cinta keluarga agar bahagia. Cinta ibadah agar raih syurga karena itulah kita perlu mengarahkan cinta ini agar menjadi “Modal” kemenangan kita. Wallahu a’lam (Way To Win)

Tidak ada komentar: